Jumat, 21 November 2014

                               GAMBARAN RESAH TANPA BATAS

Tinta menangis diatas kertas...
Jemari meronta enggan berbicara,,
Kata-kata tersamar, rangkaian tanpa makna
Goresan pena sulit memberi arti
  Rajawali terbang sendiri
  Dimana letak keperkasaan
  Untuk apa arti keangkuhan
  Jika rasa dikorbankan
Aku bukan matahari
Sendiri melangkah pasti tanpa henti
Atau bagai rembulan
Di malam kelam berteman bintang tertutup awan
  Aku benci rangkaian kata buruk ini
  Hanyut membawa aku dalam gelisah dan resah
  Sejak ia berkata itu.....
  Luruh hatiku di dekap gundah dan galau...
Terbit dini kecewa tak ku nanti
Fazar kemilau bahagia sepenggal hari
Senja merundung cinta menghasut amaarah
Untuk apa hanya mendengar jika aku mampu menyaksikan
  Kecewa menjemput tertolak keinginan
  Benci menghadang berkali kutepiskan
  Cemburu merintang ku rela menyingkirkan
  Cinta, rindu, sayang, butuh, terlanjur ku tanamkan
Delapan penjuru angin, searah ku menghadap
Untuk apa kelain sisi, untuk apa berpaling diri
Satu arah hasratku pasti
Dengan semua ini ku harap kau mengerti

Jumat, 07 November 2014

                PENYESALAN YANG DALAM

Gelap menyergap, senja merayap perlahan
Menarik selimut malam, dingin sungguh memuncak
Desahan nafasmu Dan hembusan asap rokokku
Seiring nyanyian alam di kesunyian
  Lentik gemulai jari jemari menari-nari
  Semerbak kesturi tajam menusuk Indra penciumanku
  Rembulan bimbang meniti, titian tertahan
  Aku mencuri waktu, walau letih menyergap tubuhku
Aku berjalan turuni lembah penuh ilalang
Gunung memaku angkuh meski kawah lumatkan tubuhku
Nafsu amarah panas membara mematri sepi
Ini sepi tetap ada walau api telah menjadi bara
  Tidakkah kau saksikan rajawali terbang sendiri
  Menggaris langit, sepi tanpa henti menanti....
  mencekam, gerhana mencabik-cabik asmara
  Meluka, terluka, dalam linangan air mata, berderai
Tumbuh merata memancar memar menggores hati
Bukan terluka aku berduka, haru meremas dan mengoyak dada
Tulus menyemai, damai menyandera dalam buai
Aku terkulai lunglai, bersimpuh di pintu hari
  Amarah membakar bayang kesombongan diri
  Aku terguncang menyiksa cinta dalam kasihnya
  Tertunduk wajah menjadi benci saat melukai hatimu
  Air mata haru menetes menyiram bara dalam sesalku
 kasih sayapku kian merapuh, aku memohon dalam damai tanpa aksara
 Cinta membunuh malam, asmara membunuh sepi
 Janji terjalin erat bertkhta dihatiku
 Dalam pelukan damaimu aku tak mampu berpaling
 Dalam sinaran kasihmu aku mampu menyusuri jalan

Selasa, 04 November 2014

                             BISUKU....
Gelisah melanda hempaskan diri sampai kejiwa
Sukma bergetar  terbakar kesan ketidak pastian
Satu kalimat mampu hancurkan seribu impian
Satu fakta mampu hanguskan sejuta harapan
 Senja ini panas membakar Tanpa sinaran
 Kesan di hati porak poranda dihantam kata
 Aku membisu memburu khayal menebar asa
 Dimana lentera jika gelita menyergap jiwa
Awan, Jangan panjangkan sesal di hati
Untuk apa menanti hari untuk apa menatap mimpi
Jika rembulan engkau padamkan
Jika mentari engkau lalaikan
 membakar cinta tanpa nurani
 Aku benci mengapa berjumpa membawa kisah
 Mengapa berpisah meninggalkan duka nestafa
 Jangan, jangan persembahkan aku dalam perpisahan
 Cinta di hati telah bersemi begitu suci
Aku tak ingin hancur menjadi debu
Di terjang kata tanpa etika
Cinta ini kasih ini seputih melati
Jangan kau undang taufan untuk menggugurkan
 Lembut kata mu mengandung arti seribu makna
 Bisuku mengunci mulutku sampai kehatiku
 Langkahku terlalu berat untuk di ayunkan
 Gemuruh jiwa bagai merapi muntahkan lahar
Aku terguncang di malam kelam berkepanjangan
Aku tenggelam di dasar duka tak terkirakan
Esok masih adakah embun sirami hati
Esok masih adakah cinta singgah di hati