GAMBARAN RESAH TANPA BATAS
Tinta menangis diatas kertas...
Jemari meronta enggan berbicara,,
Kata-kata tersamar, rangkaian tanpa makna
Goresan pena sulit memberi arti
Rajawali terbang sendiri
Dimana letak keperkasaan
Untuk apa arti keangkuhan
Jika rasa dikorbankan
Aku bukan matahari
Sendiri melangkah pasti tanpa henti
Atau bagai rembulan
Di malam kelam berteman bintang tertutup awan
Aku benci rangkaian kata buruk ini
Hanyut membawa aku dalam gelisah dan resah
Sejak ia berkata itu.....
Luruh hatiku di dekap gundah dan galau...
Terbit dini kecewa tak ku nanti
Fazar kemilau bahagia sepenggal hari
Senja merundung cinta menghasut amaarah
Untuk apa hanya mendengar jika aku mampu menyaksikan
Kecewa menjemput tertolak keinginan
Benci menghadang berkali kutepiskan
Cemburu merintang ku rela menyingkirkan
Cinta, rindu, sayang, butuh, terlanjur ku tanamkan
Delapan penjuru angin, searah ku menghadap
Untuk apa kelain sisi, untuk apa berpaling diri
Satu arah hasratku pasti
Dengan semua ini ku harap kau mengerti
Jumat, 21 November 2014
Jumat, 07 November 2014
PENYESALAN YANG DALAM
Gelap menyergap, senja merayap perlahan
Menarik selimut malam, dingin sungguh memuncak
Desahan nafasmu Dan hembusan asap rokokku
Seiring nyanyian alam di kesunyian
Lentik gemulai jari jemari menari-nari
Semerbak kesturi tajam menusuk Indra penciumanku
Rembulan bimbang meniti, titian tertahan
Aku mencuri waktu, walau letih menyergap tubuhku
Aku berjalan turuni lembah penuh ilalang
Gunung memaku angkuh meski kawah lumatkan tubuhku
Nafsu amarah panas membara mematri sepi
Ini sepi tetap ada walau api telah menjadi bara
Tidakkah kau saksikan rajawali terbang sendiri
Menggaris langit, sepi tanpa henti menanti....
mencekam, gerhana mencabik-cabik asmara
Meluka, terluka, dalam linangan air mata, berderai
Tumbuh merata memancar memar menggores hati
Bukan terluka aku berduka, haru meremas dan mengoyak dada
Tulus menyemai, damai menyandera dalam buai
Aku terkulai lunglai, bersimpuh di pintu hari
Amarah membakar bayang kesombongan diri
Aku terguncang menyiksa cinta dalam kasihnya
Tertunduk wajah menjadi benci saat melukai hatimu
Air mata haru menetes menyiram bara dalam sesalku
kasih sayapku kian merapuh, aku memohon dalam damai tanpa aksara
Cinta membunuh malam, asmara membunuh sepi
Janji terjalin erat bertkhta dihatiku
Dalam pelukan damaimu aku tak mampu berpaling
Dalam sinaran kasihmu aku mampu menyusuri jalan
Gelap menyergap, senja merayap perlahan
Menarik selimut malam, dingin sungguh memuncak
Desahan nafasmu Dan hembusan asap rokokku
Seiring nyanyian alam di kesunyian
Lentik gemulai jari jemari menari-nari
Semerbak kesturi tajam menusuk Indra penciumanku
Rembulan bimbang meniti, titian tertahan
Aku mencuri waktu, walau letih menyergap tubuhku
Aku berjalan turuni lembah penuh ilalang
Gunung memaku angkuh meski kawah lumatkan tubuhku
Nafsu amarah panas membara mematri sepi
Ini sepi tetap ada walau api telah menjadi bara
Tidakkah kau saksikan rajawali terbang sendiri
Menggaris langit, sepi tanpa henti menanti....
mencekam, gerhana mencabik-cabik asmara
Meluka, terluka, dalam linangan air mata, berderai
Tumbuh merata memancar memar menggores hati
Bukan terluka aku berduka, haru meremas dan mengoyak dada
Tulus menyemai, damai menyandera dalam buai
Aku terkulai lunglai, bersimpuh di pintu hari
Amarah membakar bayang kesombongan diri
Aku terguncang menyiksa cinta dalam kasihnya
Tertunduk wajah menjadi benci saat melukai hatimu
Air mata haru menetes menyiram bara dalam sesalku
kasih sayapku kian merapuh, aku memohon dalam damai tanpa aksara
Cinta membunuh malam, asmara membunuh sepi
Janji terjalin erat bertkhta dihatiku
Dalam pelukan damaimu aku tak mampu berpaling
Dalam sinaran kasihmu aku mampu menyusuri jalan
Selasa, 04 November 2014
BISUKU....
Gelisah melanda hempaskan diri sampai kejiwa
Sukma bergetar terbakar kesan ketidak pastian
Satu kalimat mampu hancurkan seribu impian
Satu fakta mampu hanguskan sejuta harapan
Senja ini panas membakar Tanpa sinaran
Kesan di hati porak poranda dihantam kata
Aku membisu memburu khayal menebar asa
Dimana lentera jika gelita menyergap jiwa
Awan, Jangan panjangkan sesal di hati
Untuk apa menanti hari untuk apa menatap mimpi
Jika rembulan engkau padamkan
Jika mentari engkau lalaikan
membakar cinta tanpa nurani
Aku benci mengapa berjumpa membawa kisah
Mengapa berpisah meninggalkan duka nestafa
Jangan, jangan persembahkan aku dalam perpisahan
Cinta di hati telah bersemi begitu suci
Aku tak ingin hancur menjadi debu
Di terjang kata tanpa etika
Cinta ini kasih ini seputih melati
Jangan kau undang taufan untuk menggugurkan
Lembut kata mu mengandung arti seribu makna
Bisuku mengunci mulutku sampai kehatiku
Langkahku terlalu berat untuk di ayunkan
Gemuruh jiwa bagai merapi muntahkan lahar
Aku terguncang di malam kelam berkepanjangan
Aku tenggelam di dasar duka tak terkirakan
Esok masih adakah embun sirami hati
Esok masih adakah cinta singgah di hati
Gelisah melanda hempaskan diri sampai kejiwa
Sukma bergetar terbakar kesan ketidak pastian
Satu kalimat mampu hancurkan seribu impian
Satu fakta mampu hanguskan sejuta harapan
Senja ini panas membakar Tanpa sinaran
Kesan di hati porak poranda dihantam kata
Aku membisu memburu khayal menebar asa
Dimana lentera jika gelita menyergap jiwa
Awan, Jangan panjangkan sesal di hati
Untuk apa menanti hari untuk apa menatap mimpi
Jika rembulan engkau padamkan
Jika mentari engkau lalaikan
membakar cinta tanpa nurani
Aku benci mengapa berjumpa membawa kisah
Mengapa berpisah meninggalkan duka nestafa
Jangan, jangan persembahkan aku dalam perpisahan
Cinta di hati telah bersemi begitu suci
Aku tak ingin hancur menjadi debu
Di terjang kata tanpa etika
Cinta ini kasih ini seputih melati
Jangan kau undang taufan untuk menggugurkan
Lembut kata mu mengandung arti seribu makna
Bisuku mengunci mulutku sampai kehatiku
Langkahku terlalu berat untuk di ayunkan
Gemuruh jiwa bagai merapi muntahkan lahar
Aku terguncang di malam kelam berkepanjangan
Aku tenggelam di dasar duka tak terkirakan
Esok masih adakah embun sirami hati
Esok masih adakah cinta singgah di hati
Langganan:
Postingan (Atom)