Jumat, 07 November 2014

                PENYESALAN YANG DALAM

Gelap menyergap, senja merayap perlahan
Menarik selimut malam, dingin sungguh memuncak
Desahan nafasmu Dan hembusan asap rokokku
Seiring nyanyian alam di kesunyian
  Lentik gemulai jari jemari menari-nari
  Semerbak kesturi tajam menusuk Indra penciumanku
  Rembulan bimbang meniti, titian tertahan
  Aku mencuri waktu, walau letih menyergap tubuhku
Aku berjalan turuni lembah penuh ilalang
Gunung memaku angkuh meski kawah lumatkan tubuhku
Nafsu amarah panas membara mematri sepi
Ini sepi tetap ada walau api telah menjadi bara
  Tidakkah kau saksikan rajawali terbang sendiri
  Menggaris langit, sepi tanpa henti menanti....
  mencekam, gerhana mencabik-cabik asmara
  Meluka, terluka, dalam linangan air mata, berderai
Tumbuh merata memancar memar menggores hati
Bukan terluka aku berduka, haru meremas dan mengoyak dada
Tulus menyemai, damai menyandera dalam buai
Aku terkulai lunglai, bersimpuh di pintu hari
  Amarah membakar bayang kesombongan diri
  Aku terguncang menyiksa cinta dalam kasihnya
  Tertunduk wajah menjadi benci saat melukai hatimu
  Air mata haru menetes menyiram bara dalam sesalku
 kasih sayapku kian merapuh, aku memohon dalam damai tanpa aksara
 Cinta membunuh malam, asmara membunuh sepi
 Janji terjalin erat bertkhta dihatiku
 Dalam pelukan damaimu aku tak mampu berpaling
 Dalam sinaran kasihmu aku mampu menyusuri jalan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar